Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Hamba Allah yang berusaha mempersembahkan sesuatu yang terbaik bagi Sang Pencipta

Al Liwa

Al Liwa

Selamat Datang

                                  Assalamu'alaikum Wahai Hamba Allah Yang Terkasih

Kamis, 24 Desember 2009

Quantum Teaching

Quantum Teaching

Salah satu jenis strategi belajar yang menjadikan interaksi diubah menjadi cahaya. Dengan demikian quantum teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di dalam dan di sekitar momen belajar, intruksi-intruksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa
( Bobby DePorter, Mark Reardon & Sarah Singer-Nourie, hal : 5).

PENELITIAN

Suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar mengenai suatu masalah






PERUMUSAN MASALAH YANG BAIK SEHARUSNYA
Syarat-syaratnya :
Menyebutkan dengan jelas apa yang akan dicari jawabannya
Jelas ruang lingkupnya
( Ary, dkk. 1979)

PENELITIAM KUANTITATIF

Penelitian yang datanya dinyatakan dengan angka dan dianalaisis dengan tekhnik statistik . Peneliyian yang sering menggunakan cara ini adalah eksperimen dan survei.

Penelitian Kualitatif

Penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisi tanpa menggunakan statistik. Penelitian yang se4ring digunakan cara ini adalah studi kasus, penelitian antropologi. Penelitian naturalistik, penelitian sejarah.

Masalah Penelitian

Titik awal sebuah proses penelitian. Tidak akan ada proses penelitian tanpa adanya masalah yang dapat diididentifikasi dan dirumuskan dengan jalas

Hal-Hal yang Harus Dirumuskan Sebelum Penelitian Dilakukan

Masalah yang akan diteliti
Metodologi penelitian
Alasan Mengapa penelitian dilakukan
( Huda, 1988 : 1)

Pendekatan dalam Pengembangan Masalah

a.Analogi
b.Mengembangkan Peta Permasalahan
c.Analisis Morfologi
( Howard & Sharp : 1986)

Hipotesis

Jawaban sementara atas masalah-masalah yang diteliti. Dinyatakan sebagai jawaban sementara karena kebenaran suatu hipotesis masih harus diuji atau diverifikasi dengan data yang akan dikumpulkan.

Rumusan Hipotesis yang Baik

a. Menyebutkan variabel-variabel yang terkait.
b. Menyebutkan hubungan diantara variabel tersebut.
c.Menyebutkan populasi
ci.









Aditya orang yang pandai dan bijaksana

Adhikari Istimewa

Anjali Penghormatan
Anjana Perintah
Ararya Golongan bangsawan
Ardhani Suci
Arnawama Samudra
Arsa Kegembiraan
Aruna Merah
Aryasatya Kemuliaan
Atharwa Mantra penolak bahaya
B

Balakosa Kekuatan dan kejayaan
Balin Prajurit kehormatan
Baluku Beruang yang sangat kuat
Bawika Bermaksud baik
Bayanaka Luar biasa
Bhadra Selamat
Bhadrika Gagah berani

Bramanty ksatria perang
Buntala Tombak tajam
Byakta Nampak nyata

C

Catra Payung kebesaran raja
Conary Bijaksana
Curtina Menyatukan
D

Danadyaksa Penjaga kejayaan

Dharma Welas Asih
Darpa Kebanggaan
Dimas Yang Terkasih

Donahue Prajurit yang tangguh
G

Ganendra Pasukan dewa
Gantari Menyinari
Garwita Bangga sekali
Gatawati Telaga
H

Hansa Angsa
Hara Untaian mutiara
J

Javas Cekatan
Jayasri Kemenangan yang cemerlang
K

Kara Sinar cahaya
Kastara Termashur
Kasyapi Bumi
Kawindra Rajanya pujangga
Kayana Dermawan
Kenzie Peminpim yang bijaksana
L

Laksita Terkenal
Lamont Ahli Hukum
M

Mahija Putra bumi

Mahatma Berjiwa besar
N

Nararya Yang dimuliakan
Nirwasita Bijaksana

Niscala Kokoh
O

Osborn Beruang yang sangat kuat
P

Parama Paling unggul
Prawara Paling terkemuka
Prayata Bersifat saleh
Pastika Kristal
R

Radithya Matahari
Radmila Bekerja untuk rakyat
Rania Bangsawan
S

Sadajiwa Hidup selamanya
Sadina Pemilik kebaikan
Samana Nafas hidup
Samitra Berteman
Sandya Persatuan
Sarkara Madu
Supala Menghasilkan buah yang baik
Syandana Mengalir terus
T

Tadya Tertip
Teripta Kepuasan
Tibra Kuat dan keras
Toyadi Samudra
U

Urdha Mulia
W

Waradana Hadiah yang bernilai
Wastu Berharta benda
Wilasa Kesenangan
Wirasana Bersikap pahlawan
Wistara Jelas dan pandai
Y

Yatha Menurut

Yogiswara Pendeta, orang suci
parisya.wordpress.com/.../nama-bayi-laki-laki-dalam-bahasa-sansekerta

A

Ariti Perunggu
Ascarya Tampil kedepan


Awahita Penuh perhatian
C

Cadudasa Cemerlang
Calya Tanpa cacat
Cetta Berpengetahuan luas
Chindaga Pandan wangi
D

Dahayu Cantik
Daiva Dewa
Daksayini Dewi padi

Danakitri Kemasyuran

Dayita Kekasih

Dewi Ratu, Cantik, bersih
Dihyan Matahari
H

Helga Saleh
Hira Intan
I

Indurasmi Sinar rembulan
J

Janitra Berderajat tinggi
K

Kamala Teratai
Kamini Wanita penuh kasih sayang
Kanaka Emas
N

Nareswari Permaisuri
Natha Pelindung

Nijananda Kebahagiaan Sejati
P

Padmarini Indah dan tajam
Padmini Wanita ulung
Palawa BersemI
Parabawa Mencintai orang
Pasada Cincin
Purbani Rendah sekali
R

Ratnama anakya Bertahtakan permata
Ramaniya Menyenangkan
S

Sadara Terhormat
Sewagati Pengabdian
Silawarti Berkelakuan baik

Sasikirana Bulan Purnama
W

Wikrama Keteguhan hati

Waiduri Permata Perempuan

Widya Pengetahuan
Y

Yogini Petapa wanita
parisya.wordpress.com/.../nama-nama-bayi-perempuan-dalam-bahasa- sansekerta

Wawancara
Wawancara sangat penting dalam dunia jurnalistik. Wawancara merupakan proses pencarian data berupa pendapat/pandangan/pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan penulisan karya jurnalistik.

Wawancara vs reportase
Apakah wawancara sama dengan reportase? Jawabnya adalah tidak.
Reportase memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas dari wawancara, sedangkan wawancara adalah salah satu teknik reportase.

Jenis Wawancara
Man in the street interview. Untuk mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu/persoalan yang akan diangkat jadi bahan berita.
Casual interview. Wawancara mendadak. Jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan/perencanaan sebelumnya.
Personality interview. Wawancara terhadap figure-figur public terkenal. Atau orang yang memiliki kebiasaan/prestasi/sifat unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.
News interview. Wawancara untuk memperoleh informasi dari sumber yang mempunyai kredibilitas atau reputasi di bidangnya.

Wawancara yang Baik

Agar tugas wawancara kita dapat berhasil, maka hendaknya diperhatikan hal-hal - antara lain - sebagai berikut:
d.Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.
e.Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
f.Jangan mendebat nara sumber. Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah.
Contoh yang baik: "Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?"
Contoh yang lebih baik lagi: "Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?"
Contoh yang tidak baik: "Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak."
g.Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.
h.Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point. Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.
i.Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
j.Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber "buka mulut". Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
k.Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
l.Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun musuh tertentu, bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian. Seperti kata pepatah, "Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing".
m.Bagi seorang reporter pers yang belum ternama, seperti pers kampus dan sebagainya, kendala terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri, melainkan proses untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber tertentu dengan sukses, diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak mungkin mengenai nara sumber tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat villanya, jam berapa saja dia ada di rumah dan di kantor, di mana dia bermain golf, dan sebagainya.

Media Cetak VS Media Elektronik
Bagaimana cara memperoleh/mengumpulkan berita? Caranya adalah melalui reportase, yang bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan karya jurnalistik yang akan dibuat. Pihak yang menjadi objek reportase disebut nara sumber. Nara sumber ini bisa berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, alam, ataupun benda-benda mati. Jika nara sumbernya berupa manusia, maka reportase tersebut bernama wawancara.

Dengan demikian, ada sedikit perbedaan antara reportase dengan wawancara. Wawancara merupakan bagian dari reportase, dan reportase tidak hanya dapat dilakukan terhadap manusia.

Namun perlu diingat bahwa wawancara untuk media cetak berbeda dengan wawancara untuk media elektronik. Wawancara untuk media elektronik biasanya dikemas semenarik mungkin. Sebelum wawancara berlangsung, seringkali dilakukan briefing antara pewawancara dan nara sumber, yang bertujuan untuk menjaga kelancaran wawancara. Hal ini dilakukan karena wawancara untuk media elektronik merupa kan "produk" tersendiri yang "dijual" kepada pemirsa/pendengar.

Sedangkan dalam media cetak, yang terpenting bagi pembaca adalah tulisan yang dibuat berdasarkan hasil reportase, sehingga proses wawancara tidaklah penting bagi mereka. Karena itu, wawancara untuk media cetak dapat berlangsung tanpa kemasan yang menarik ataupun briefing antara wartawan dengan nara sumber. Satu-satunya persiapan yang perlu dilakukan adalah persiapan wartawan itu sendiri, yang mencakup bahan wawancara dan pengetahuan umum mengenai materi wawancara. Sedangkan proses wawancaranya dapat berlangsung dalam berbagai situasi dan tempat. Bisa di kantor, di restoran sambil makan siang, lewat telepon, sambil berjalan menuju halaman parkir, sambil ngobrol, dan sebagainya. Nah, selamat mewawancara..

Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara yang mewawancarai dan yang diwawancarai. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara bisa jadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/ kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tau tentang kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.
[sunting]
Jurnalistik

Dalam bidang jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi bahan berita. Wawancara biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya dilakukan atas permintaan atau keinginan wartawan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan atas kehendak sumber berita.
[sunting]
Bentuk Wawancara
Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
Wawancara pribadi.
Wawancara dengan banyak orang.
Wawancara dadakan / mendesak.
Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.

Sukses tidaknya wawancara selain ditentukan oleh sikap wartawan juga ditentukan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup ikut ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan baik oleh nara sumber maupun wartawan.

1. Wawancara tidak terarah adalah wawancara tidak teratur dengan gaya percakapan.
2. Wawancara terarah adalah wawancara yang mengikuti seperangkat urutan pertanyaan.
3. Wawancara stress adalah pelamar dibuat jengkel dengan pertanyaan kasar.
4. Wawancara penilaian adalah penilaian kinerja dan tindakan perbaikan.
5. Wawancara situasional adalah yang berhubungan dengan jabatan.
6. Wawancara yang berhubungan dengan jabatan adalah seperangkat pertanyaan yang berhubungan dengan jabatan dan berfokus pada cara calon akan berlaku pada situasi tertentu.
7. Wawancara serial adalah pelamar diwawancarai secara berurutan berdasar bentuk standar.
8. Wawancara panel adalah kelompok pewawancara menanya pelamar secara serempak tidak berurutan.
mick182.blogspot.com/2008/


I. DESKRIPSI SINGKAT

Wawancara, menurut Lexy J Moleong (1991:135) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untu mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.

Jenis wawancara yaitu: wawancara berstruktur, Wawancara tidak berstruktur, Wawancara secara terang-terangan, Wawancara dengan menempatkan informan sebagai jawatan.

Cara mengajukan pertanyaan yang baik. Cara-cara ini dilakukan untuk menghindari kesalahan sebagaimana dideskripsikan di atas.

Untuk mendapatkan hasil wawancara yang optimal, sikap pewawancara juga sangat menentukan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan akibat sikap pewawancara sebagaimana dikemukakan sebelumnya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah mengikuti sesi pembelajaran ini, peserta latih diharapkan terampil dalam melakukan wawancara pengumpulan data penelitian.
Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti sesi pembelajaran ini peserta latih mampu:
Memahami jenis wawancara dengan benar
Mensimulasikan cara mengajukan pertanyaan yang baik
Menampilkan sikap pewawancara yang baik.
Mensimulasikan tehnik wawancara dalam pengumpulan data penelitian






III. POKOK BAHASAN dan SUB POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut :

Pokok Bahasan 1: Pengertian dan jenis Tehnik wawancara

Pokok Bahasan 2: Proses dan langkah-langkah Tehnik Wawancara

Pokok Bahasan 3: Sikap pewawancara yang baik

Pokok Bahasan 4: Wawancara yang baik

IV. PROSES PEMBELAJARAN
Apersepsi
Fasilitator membagi kelas menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari maksimal 8 orang.
Fasilitator meminta kelompok untuk menggambarkan profil pewawancara yang baik dalam kertas flipchart
Wakil dari masing-masing kelompok mempresentasikan gambar yang telah disepakati. Fasilitator bertindak sebagai moderator.
Fasilitator memberikan rangkuman atau menguatkan informasi yang sudah disampaikan pada proses sebelumnya, dengan mengacu pada uraian materi yang ada (sikap pewawancara yang baik)
Fasilitator menggali pengalaman peserta pada saat menjadi pewawancara (pengumpul data) mengenai hambatan atau masalah yang ditemui di lapangan dan bagaimana cara mengatasi masalah.
Fasilitator memberikan penugasan kepada kelompok untuk mensimulasikan teknik wawancara.
Fasilitator memperhatikan dengan seksama setiap tahapan simulasi tehnik wawancara yang dilakukan oleh setiap kelompok
Fasilitator memberikan tanggapan terhadap simulasi tehnik wawancara yang dilakukan oleh setiap kelompok
Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau meminta klarifikasi selama sesi berlangsung.

11. Fasilitator memberikan klarifikasi dan tanggapan terhadap pertanyaan peserta

Skenario tehnik wawancara yang dilakukan seyogyanya berdasarkan karakteristik dari setiap daerah yang menjadi target dari penelitian yang dilakukan. Karakteristik yang ada meliputi dua bagian yaitu rural dan urban.

Karakteristik Rural:

Karakteristik Urban:

Skenario 1:

Rumah tangga dengan karakteristik :

Kepala rumah tangga tidak pernah sekolah formal tapi bisa baca tulis. Rumah tangga terdiri dari Keluarga besar (extended family), punya anak balita dan istrinya sedang hamil 7 bulan. Keadaan sosial ekonomi cukup.

Skenario 2:

Rumah tangga dengan karakteristik :

Kepala rumah tangga tidak pernah sekolah formal dan tidak bisa baca tulis. Rumah tangga terdiri dari Keluarga inti, tidak punya anak balita. Keadaan sosial ekonomi kurang.

Skenario 3:

Rumah tangga dengan karakteristik :

Rumah tangga dengan Kepala rumah tangga (suami) sudah meninggal. Ibu rumah tangga berpendidikan Sarjana. Rumah tangga terdiri dari Keluarga besar (extended family), punya anak balita. Keadaan sosial ekonomi cukup.

Skenario 4:

Rumah tangga dengan karakteristik :

Kepala rumah tangga sekolah formal SLTA. Rumah tangga terdiri dari Keluarga besar (extended family), punya anak balita dan istrinya sedang hamil 7 bulan. Keadaan sosial ekonomi cukup.



V. URAIAN MATERI

Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial. Dalam hidupnya ia selalu memerlukan orang lain. Karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan bagi kehidupannya. Di manapun manusia berada, betapapun sederhananya tata kehidupan suatu masyarakat, komunikasi tetap diperlukan. Karena begitu lekatnya komunikasi dengan kehidupan manusia, maka komunikasi telah dianggap sebagai kegiatan manusia yang sedemikian otomatis hingga terlupakan bahwa keterampilan untuk berkomunikasi juga merupakan hasil belajar manusia yang menurut dugaan diketemukan 500.000 tahun yang lalu.

Dengan berkomunikasi orang bisa menyampaikan ide atau pengalamannya kepada orang lain, hingga ide dan pengalaman ini menjadi milik orang lain pula, dengan tidak perlu mengalaminya sendiri.

Di zaman dahulu, komunikasi kebanyakan dilakukan secara langsung, yaitu berhadap-hadapan secara lisan. Dengan ditemukannya tulisan dan simbol lainnya. Ini dilakukan melalui berbagai media, misalnya daun lontar, dinding candi, tanah liat/batu yang dipahat, dan sebagainya. Sesudah ditemukan kertas dan tehnik mencetak, maka terbukalah kesempatan yang baru bagi manusia untuk berkomunikasi dengan jumlah sasaran yang lebih banyak. Bahkan dengan penggunaan teknologi modern di bidang komunikasi, yaitu telekomunikasi, secara teoritis komunikasi dapat mencapai penerima pesan dalam jumlah yang tidak terbatas. Selain itu masalah jarak dan waktu dapat diatasi pula.

Dalam penelitian dibutuhkan keterampilan berkomunikasi yang baik, salah satunya adalah tehnik wawancara, yang memang dibutuhkan dalam rangka pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan, data yang diperoleh dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian atau hasil penelitian yang dilakukan.

Berkenaan dengan hal tersebut maka perlu diketahui kaidah-kaidah atau tehnik wawancara yang dibutuhkan sebagai pedoman surveyor dalam melaksanakan wawancara sebagai rangkaian kegiatan penelitian.


Pokok Bahasan 1 : Pengertian dan Lingkup Wawancara

Wawancara, menurut Lexy J Moleong (1991:135) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.

Selain itu yang dimaksud dengan pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut. Dia pula berhak menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan diakhiri. Akan tetapi kadang kala responden pun menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara dilaksanakan.

Sedangkan responden adalah orang yang diwawancarai , diminta informasi oleh pewawancara, ia diperkirakan menguasai data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.

Sesuai dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara seperti yang dikatakan oleh Faisol (1990:63) yaitu:
Wawancara berstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah disusun sebelumnya.
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan muncul secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi adan kondisi ketika melakukan wawancara. Dengan tehnik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung, luwes dan fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan luas.
Wawancara secara terang-terangan, tehnik ini dipergunakan untuk memperoleh informasi secara leluasa dengan baik dan benar dari lawan bicara, karena berawal dari keterbukaan dan keterusterangan bahwa peneliti menginginkan beberapa informasi dari responden.
Wawancara dengan menempatkan informan sebagai jawatan, karena data dan informasi yang diperoleh sangat mempengaruhi kualitas hasil penelitian, maka informan atau responden sebagai penentu, untuk itulah peneliti juga menempatkan informan atau responden sebagai co-researcher (pasangan atau sejawat) peneliti. Pada kesempatan ini, peneliti berterus terang mengungkapkan maksud dan tujuan penelitian, juga beberapa harapan yang diinginkan dari informan.



Pokok Bahasan 2: Proses dan langkah-langkah tehnik wawancara

Di bawah ini dikemukakan beberapa cara mengajukan pertanyaan yang baik. Cara-cara ini dilakukan untuk menghindari kesalahan sebagaimana dideskripsikan di atas.
Kuesioner ditanyakan kepada responden dengan cara membacanya ada adanya sebagaimana yang tertulis. Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi antara satu pewawancara dengan pewawancara lainnya. Akan tetapi seringkali pertanyaan yang tertulis terlalu kaku dan tidak nyaman untuk ditanyakan dalam bahasa lisan. Itu adalah tantangan bagi peneliti untuk membuat pertanyaan yang sederhana dengan makna yang tepat, tidak kaku dan cukup nyaman untuk bahasa lisankan.
Tidak dianjurkan untuk menyerahkan kuesioner kepada responden untuk di isi. Sebab selain karena banyak hal yang tidak boleh diperlihatkan kepada responden juga karena kuesioner survei opini publik tidak dirancang untuk diisi oleh responden. Selain itu banyak kasus terjadi pada saat kuesioner diserahkan, ternyata kuesioner tersebut tidak diisi oleh responden yang dimaksud.
Tanyakan semua pertanyaan sesuai urutan yang tertulis di kuesioner. Sebab urutan pertanyaan dalam kuesioner pada umunya sudah diformat sedemikian rupa sehingga mengikuti sekuensi yang sesuai.
Sesuaikan tempo (kecepatan) wawancara dengan responden. Terutama bila wawancara dilakukan pada responden yang menggunakan bahasa keseharian (bahasa daerah), tempo wawancara sangat menentukan.
Usahakan agar pembicaraan tidak menyimpang. Seringkali ditemui ada responden yang tidak puas hanya dengan memberi jawaban ya dan tidak atau setuju dan tidak setuju. Mereka berusaha untuk menjelaskan lebih jauh maksud dari jawaban singkat itu. Agar waktu wawancara lebih efisien usahakan mengalihkan kembali wawancara sebelumnya.
Tanyakan semua pertanyaan dengan sikap terus terang dan netral. Dalam interview jangan menunjukan reaksi, kecuali memperlihatkan rasa tertarik yang sopan.


Beberapa jurus yang dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam usaha meningkatkan kemahiran mengajukan pertanyaan dalam kegiatan wawancara tertera sebagai berikut:
Pertanyaan pembukaan hendaknya bersifat netral dan ringan. Pertanyaan yang mendadak sontak dan terlalu berat akan dapat menimbulkan goncangan yang mengakibatkan sifat menarik diri, melawan dan sebagainya.
Gaya bicara sederhana dan tidak berbelit-belit
Nada dan irama lemah lembut, sopan dan bicara tidak terlalu cepat. Hindarkan mengatakan kata:eeeeee, apa itu, menimbulkan suara yang kurang sopan.
Sikap bertanya dengan asumsi pewawancara lebih menguasai dan tahu persoalannya.
Hindarkan sikap menghakimi, menggurui, tidak memihak dan kurang menghargai.
Mengadakan paraphrase, yaitu bertindak sebagai orang ”penterjemah” bebas, secara runtut, teratur dan lengkap, jangan mengambil kesimpulan.
Mengadakan Prodding atau probing. Prodding dimaksudkan mendakan penggalian lebih mendalam, dan probing diartikan menyelidiki yang lebih menyeluruh dan seksama. Semuanya dilakukan dengan alasan atau dorongan sesuatu sikap/pendapat atau perbuatan yang telah dinyatakan sebelumnya
Mengadakan pencatatan: menunjukan kesan bahwa pembicaraan penting, mengurangi beban ingatan, jangan sampai pembicaraan terputus karena pewawancara sedang mencatat
Menilai jawaban, dalam menilai jawaban harus teliti, yang harus diperhatikan: sikap pheno menalogik yaitu kesediaan menanggalkan preconception, prejudice, dan motif subyektif. Sikap faktual, yaitu tidak boleh menarik kesimpulan tanpa dasar.


Cara Melakukan Probing

Seringkali ditemui responden tidak memberi jawaban sesuai dengan maksud atau kehendak pertanyaan. Dengan kata lain pertanyaan dijawab kurang sempurna oleh responden. Terhadap hal seperti ini pewawancara diharuskan melakukan probing. Di bawah ini dikemukakan cara probing yang baik.
Mengulang pertanyaan sebagaimana saat bertanya pada awalnya dan tidak mencoba mengarahkan responden agar memilih jawaban tertentu. Cara probing seperti ini dapat dimulai dengan ungkapan ”Pak saya mengulangi pertanyaanya ya...”
Jika jawaban responden tidak jelas terdengar, ajukan probing dengan mengungkapkan kalimat sebagai berikut:
”mohon diulangi jawaban Bapak”
”dapatkah Bapak mengulang jawaban sekali lagi”
”mohon jelaskan maksud bapak”
”apa yang Bapak maksud?”


Jika Responden Menjawab ”tidak tahu”

Dalam wawancara, sering ditemui jawaban responden dengan menyatakan kata”tidak tahu”. Sebenarnya jawaban tidak tahu tetap dibenarkan dan responden tidak dapat dipaksa untuk memilih di antara satu jawaban yang disediakan. Bahkan dalam kuesioner sebaiknya harus selalu disediakan jawaban tidak tahu tersebut karena responden benar-benar tidak mengetahui jawabannya. Sebab jawaban tidak tahu juga dapat berarti:
Responden tidak begitu mengerti pertanyaan.
Responden sedang berfikir, tetapi merasa kurang enak kalau membiarkan TPD menunggu lama.
Responden ragu-ragu untuk mengeluarkan pendapatnya.

Terhadap ketiga hal ini pewawancara harus melakukan probing kepada responden. Tentu saja apabila jawaban tidak tahu responden karena sikap pewawancara yang kurang sabar misalnya, maka pewawancara harus segera memperbaiki sikap. Jawaban tidak tahu boleh dianggap sebagai jawaban apabila responden betul-betul tidak tahu terhadap tema pertanyaan yang dimaksud.

Karena saat mencatat jawaban responden seringkali terjadi kesalahan, di bawah ini dikemukakan aturan pada saat mencatat jawaban responden.
Jawaban harus dituliskan secara jelas. Sebaiknya menggunakan pulpen
Jika ada kesalahan beri tanda jawaban yang dianggap benar. Kertas jawaban menjadi kotor bukan masalah
Pertanyaan terbuka haruslah dicatat apa adanya
Jika ada jawaban responden yang tidak ada dalam pilihan, tulislah jawaban tersebut di sekitar pertanyaan yang dimaksud.



Pokok Bahasan 3: Sikap Pewawancara yang baik

Untuk mendapatkan hasil wawancara yang optimal, sikap pewawancara juga sangat menentukan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan akibat sikap pewawancara sebagaimana dikemukakan sebelumnya. Sikap pewawancara yang baik meliputi :
Memiliki sifat ambisi (untuk memenuhi target), ulet, disipilin dan sabar
Menjaga penampilan (Pakaian, rambut, atribut)
Menciptakan”rapport” (senyum, rasa humor yang tinggi, mengucapkan pujian tentang rumah/halaman atau anak) akan membantu menciptakan suasana yang santai dan akrab
Dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga responden merasa aman dan berkeinginan untuk memberi informasi yang sebenarnya
Bersikap netral
Tidak bereaksi terhadap jawaban responden
Menunjukan perhatian, misalnya dengan menganggukan kepala atau mengucapkan”O, ya!”
Terus menerus menarik perhatian responden selama wawancara berlangsung.

Menghindari Pendapat Orang Lain pada Saat wawancara

Dalam kenyataan seringkali tidak mudah melakukan wawancara dimana hanya ada pewawancara dan responden. Sanak keluarga, tetangga atau siapapun banyak ditemui bergabung bersama responden saat wawancara. Kalau mereka ini diam saja saat wawancara dilakukan tidak menjadi problem. Akan tetapi seringkali mereka turut memberi jawaban atau komentar terhadap pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Jika hal ini terjadi maka pewawancara tidak sedang mengukur”isi kepala” responden saja, akan tetapi pendapat orang lain juga mewarnai wawancara.

Untuk menghindari hal tersebut di bawah ini dikemukakan bebarapa tips:
Hindari adanya orang ketiga di dalam ruangan. Jika tidak ada ruangan tersendiri, sarankan untuk melakukan wawancara di sudut ruangan yang biasanya lebih tenang, lebih tersendiri dan lebih sesuai/menyenangkan
Jika ada orang ketiga ingin memberikan pendapat, tolak dengan sopan tapi tegas. Pertama-tama sarankan agar mereka mengemukakan pendapat mereka belakangan lalu coba pusatkan perhatian pada responden anda dan tidak lagi mmperhatiikan orang ketiga tersebut
Usahakan untuk duduk berhadapan dengan responden agar dia tidak dapat membaca kuesioner anda. Ciptakan suasan santai (tidak tegang) agar responden anda dapat menjawab pertanyaan anda dengan tenang dan bebas


Pokok Bahasan 4: Wawancara yang Baik

Berbicara dengan orang lain merupakan aktivitas yang relatif mudah, tetapi melakukan wawancara merupakan kegiatan yang tidak mudah. Hal ini disebabkan wawancara memiliki batas-batas metodologis yang harus dipatuhi oleh pewawancara, sedangkan berbicara (ngobrol) tidak memiliki metodologi tertentu, dalam arti orang boleh saja mengajak ngobrol lawan bicaranya sesuka hati tanpa dikendalikan oleh misi pembicaraannya. Oleh karena itu, apabila muncul pertanyaan bagaimana melakukan wawancara dengan baik, maka ada jawabannya. Untuk melaksanakan wawancara dengan baik, maka ada beberapa faktor utama yang harus diperhatikan dalam wawancara yaitu: bagaimana pewawancara, apa isi wawancara, bagaimana situasi wawancara, dan bagaimana kesiapan responden.

Paling utama di dalam melakukan wawancara adalah memerhatikan kemampuan pewawancara dalam mengendalikan wawancaranya. Ini disebabkan efektivitas wawancara banyak tergantung pada pewawancara. Dalam beberapa situasi, diketahui, perasaan rasa aman dari pewawancara atau responden juga menentukan makna jawaban yang dibutuhkan. Dalam keadaan yang tidak menjamin rasa aman, kadang kala orang akan bertanya lain atau menjawab lain dari apa yang sesungguhnya dilakukan, ini semua agar mereka terhindar dari kesulitan yang dibayangkan akan terjadi.

Hal-hal lain yang penting diperhatikan
Jelaskan maksud dilakukannya survai ini sebelum memulai wawancara
Berikan penjelasan singkat atau pemahaman seputar topik yang dibahas
Sebelum mengakhiri wawancara, pastikan semua pertanyaan telah diajukan dan semua jawaban telah dicatat dengan rapi.
Di akhir wawancara ucapkan terima kasih kepada responden.



Daftar Bacaan

Prof. Ir. Sukandarrumudi, MSc., Ph.D, 2006. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis

Untuk Peneliti Pemula, Gajah Mada university Press, Yogyakarta

Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. 2006 Metodologi Penelitian kuantitatif,

Kencana, Jakarta.

Bebearapa bahan dari internet: metoda wawancara survei opini publik,....

Materi dasar metodologi penelitian pada LEPMI HMI Cabang, jakarta, tanggal 3 maret 2001

www.litbang.depkes.go.id/riskesdas/.../

1 komentar: