Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Hamba Allah yang berusaha mempersembahkan sesuatu yang terbaik bagi Sang Pencipta

Al Liwa

Al Liwa

Selamat Datang

                                  Assalamu'alaikum Wahai Hamba Allah Yang Terkasih

Senin, 28 Desember 2009

Fatwa-fatwa

Cincin di Jari Kelingking
Ali radhiallahu anhu berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarangku memakai cincin di jariku ini atau yang ini”, sambil mengisyaratkan jari tengah dan jari setelahnya (jari telunjuk). (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5874 dan Muslim no. 2078)
Larangan yang disebutkan dalam hadits di atas berlaku bagi laki-laki sementara bagi wanita tidak diterapkan larangan demikian, karena itu Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: "Kaum muslimin sepakat, sunnah bagi laki-laki mengenakan cincin di jari kelingkingnya sedangkan wanita boleh memakai cincin di seluruh jarinya (Syarah Shahih Muslim, 14/71)

Menangis Sebab Takut Karena Allah
Dari Ibnu Umar radhiyallaahu anhu, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata, aku mendengar Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Ada seorang kiflu (orang yang suka menjamin urusan orang lain) dari Bani Israil yang tidak berhati-hati dari dosa yang dilakukannya. Suatu ketika ia didatangi seorang wanita. Kemudian ia memberikan 6 dinar kepada wanita itu dengan syarat boleh menyetubuhinya. Ketika ia benar-benar ingin melaksanakan maksudnya, wanita itu mendadak menggigil ketakutan & menangis.
Kemudian laki-laki itu berkata: "Apa yang menyebabkan engkau menangis?"
Wanita itu berkata: "Aku menangis karena perbuatan seperti ini belum pernah kulakukan selama ini. Aku tidak terdorong melakukannya kecuali karena kebutuhan yang mendesak."
Laki-laki itu berkata: "Jadi engkau menangis karena takut karena Allah? Sungguh aku lebih pantas untuk takut kepada Allah. Pergilah dan ambillah jadi milikmu apa yang telah kuberikan tadi. Demi Allah, aku tidak akan menentang Allah lagi setelah ini selamanya."
Kemudian laki-laki itu mati di malam harinya dan tiba-tiba tertulislah di pintu rumahnya, "Sesungguhnya Allah telah mengampuni laki-laki itu." Maka orang-orangpun terkaget-kaget karenanya.
HR At-Tirmidzi, ia menghasankan hadist ini, dan Al-Hakim dalam kitab shahihnya. Hadist ini disetujui oleh Adz-Dzahabi, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya dan Baihaqi dalam Asy-Sya’bi.

Duduk yang Dimurkai
Dari Asy-Syadid bin Suwaid Radhiyallahu ‘anhu, di berkata,
"Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam melewati saya, sedangkan saya baru duduk dengan meletakkan tangan kiri ke belakang dan saya bersandar pada telapak tangan. Kemudian beliau bersabda, ‘Mengapa kamu duduk seperti duduknya orang yang dimurkai (dibenci) oleh Allah !"
(HR. Abu Daud)

Melindungi Kehormatan Saudaranya
Disunnahkan seorang muslim melindungi kehormatan saudaranya saat tidak ada di dekatnya. Hal ini didasarkan hadist yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia berkata: "Hadist ini hasan", dari Abu Darda, Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda:
"Barang siapa yang melindungi kehormatan saudaranya, maka Allah akan melindungi wajahnya dari api neraka di hari kiamat."
Hadist Abu Darda ini telah dikeluarkan oleh Ahmad. Ia berkata, "Hadist ini sanadnya hasan". Al-Haitsami mengatakan hal yang sama.
Hadist riwayat Ishaq bin Rahwiyah dari Asma binti Yazid, ia berkata, aku mendengar Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda:
"Barang siapa yang melindungi kehormatan saudaranya pada saat tidak berada di dekatnya, maka Allah pasti akan membebaskannya dari api neraka."
Al-Qadha’i telah mengeluarkan dalam Musnad Syihab dari Anas, ia berkata: Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda:
"Barang siapa yang membela saudaranya saat tidak ada di dekatnya, maka Allah akan membelanya di dunia dan di akhirat. Al-Qadha’i juga telah mengeluarkan hadist ini dari Imran bin Husain dengan tambahan ungkapan, "Sedang ia mampu untuk membelanya.""
Telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, Az-Zain al-Iraqi berkata, isnadnya hasan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda:
"Seorang mukmin adalah cermin dari mukmin yang lain. Seorang mukmin adalah saudara mukmin yang lain, dimana saja ia bertemu dengannya, ia akan mencegah tindakan mencemari kehormatan saudaranya dan akan melindunginya dari baliknya."

Penangguhan Pembayaran Hutang untuk Orang yang Lapang dan Membebaskannya dari Orang yang Kesulitan
Berdasarkan Hudzaifah, yang disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya ada seseorang dari umat sebelum kalian didatangi Malaikat untuk dicabut nyawanya. Maka Malaikat berkata,"Apakah engkau pernah melakukan kebaikan?" Orang itu berkata: "Aku tidak tahu." Malaikat berkata: "Berpikirlah engkau" Kemudian ia berkata: "Aku tidak mengetahui sedikitpun perbuatan baik yang pernah aku lakukan. Hanya saja aku dulu pernah bertransaksi dengan seseorang di dunia, kemudian aku menangguhkan (pembayaran hutang) dari orang yang mempunyai kelapangan dan membebaskan dari orang yang kesulitan." Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Akhirnya Allah memasukkannya ke surga."
Abu Mas’ud berkata: "Aku mendengar beliau shalallaahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal itu."

Banyak Bicara yang dibuat-buat
Dari al-Mughirah bin syu’bah radhiyallaahu anhu, ia berkata: aku mendengar Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak menyukai 3 perkara bagi kalian, yaitu banyak bicara, menyia-nyiakan harta dan banyak bertanya(dalam perkara yang tidak perlu ditanyakan,penj) (Mutafaq ‘alaihi)
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallaahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Di antara orang yang aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaqnya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah orang yang banyak bicara dan orang yang berbicara dengan mulut penuh (untuk mempertontonkan kefasihannya) dan orang yang banyak bicaranya, serta membuka mulutnya lebar-lebar. (Mutafaq ‘alaihi)
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, ia mendengar Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara menjelaskan segala sesuatu. Akibat perkataan itu ia tergelincir ke dalam neraka lebih jauh dari jarak antara Timur dan Barat. (Mutafaq ‘alaihi)

Wahai sang Istri ….
Apakah akan membahayakan dirimu, kalau anda menemui suamimu dengan wajah yang berseri, dihiasi senyum yang manis di saat dia masuk rumah.?
Apakah memberatkanmu, apabila anda menghapus debu dari wajahnya, kepala, dan baju serta mengecup pipinya.?!!
Apakah anda akan merasa sulit, jika anda menunggu sejenak di saat dia memasuki rumah, dan tetap berdiri sampai dia duduk.!!!
Mungkin tidak akan menyulitkanmu, jika anda berkata kepada suami : "Alhamdulillah atas keselamatan Kanda, kami sangat rindu kedatanganmu, selamat datang kekasihku".
Berdandanlah untuk suamimu -harapkanlah pahala dari Allah di waktu anda berdandan itu, karena Allah itu Indah dan mencintai keindahan- pakailah parfum, dan bermake up-lah, serta pakailah busana yang paling indah untuk menyambut suamimu.

Jauhi dan jauhilah bermuka masam dan cemberut.
Janganlah anda mendengar dan menghiraukan perusak dan pengacau yang akan merusak dan mengacaukan keharmonisanmu dengan suami.
Janganlah selalu tampak sedih dan gelisah, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari rasa gelisah, sedih, malas dan lemah.
Janganlah berbicara terhadap laki-laki lain dengan lemah-lambut, sehingga menyebabkan orang yang di hatinya ada penyakit mendekatimu dan mengira hal-hal yang jelek terhadap dirimu.
Selalulah berada dalam keadaan lapang dada, hati tentram, dan ingat kepada Allah setiap saat.
Ringankanlah suamimu dari setiap keletihan, kepedihan dan musibah serta kesedihan yang menimpanya.
Suruhlah suamimu untuk berbakti kepada ibu bapaknya.
Didiklah anak-anakmu dengan baik. Isilah rumah dengan tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir, perbanyaklah membaca Al-Quran terutama surat Al-Baqarah, karena surat itu dapat mengusir syeitan.
Hilangkanlah dari rumahmu foto-foto, alat-alat musik dan alat-alat yang bisa merusak agama.
Bangunkanlah suamimu untuk melaksanakan shalat malam, doronglah dia untuk melakukan puasa sunnah, ingatkan dia akan keutamaan bersedekah, dan jangan anda menghalanginya untuk menjalin hubungan siraturrahim dengan karib kerabatnya.
Perbanyaklah beristighfar untuk dirimu, suamimu, serta kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Berdoalah kepada Allah, agar dianugerahkan keturunan yang baik, niat yang baik serta kebaikan dunia dan akhirat. Ketahuilah sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar doa dan mencintai orang yang nyinyir dalam meminta. Allah berfirman:"Dan Rabbmu berkata : serulah Aku niscaya Aku penuhi doamu" (Al-Ghafir : 60).
Sumber dari kitab " Fiqh pergaulan suami istri " oleh Syeikh Mushtofa Al Adawi.

Bukan Permata Biasa
Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.
Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya.
Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.
Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.
Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.
Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh…segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. "Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban."
Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. "Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku." Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.
Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, "Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini." Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.
Sang suami menuturkan, "Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku."
Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.
Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.
Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.
Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.
Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan "bukan permata biasa". (Ummu Asyrof dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al Mubarak)

Syirik Menjelang & Sesudah Menikah
Menjelang Menikah
- mencari jodoh dengan bintang atau shio tertentu atau lahir pada hari tertentu
- harus dengan suku tertentu
- gaji harus minimal sekian
Proses Menikah
- bertanya kepada paranormal untuk menentukan hari pernikahan
- meminta bantuan kepada pawang hujan agar tidak terjadi hujan ketika acara berlangsung
- harus pada tanggal tertentu (yang dipercaya pada bulan tsb akan memberi rezeki banyak, kedudukan, dst)
- melakukan acara adat yang terdapat kesyirikan
- meletakkan jimat atau benda pada tempat tertentu agar terhindar dari malapetaka
Sesudah Menikah
- merancang kehamilan agar bayi dapat terlahir pada bulan tertentu (yang dipercaya pada bulan tsb akan memberi rezeki banyak, kedudukan, dst)
- meletakkan jimat pada bayi agar terhindar dari gangguan makhluk halus
- meletakkan Al-Qur’an dekat bayi agar terhindar dari gangguan makhlus halus

Menggapai Kebahagian Dengan Istri Sholihah
Salah satu faktor kebahagian seorang lelaki muslim dalam kehidupan di dunia ini adalah dianugerahinya seorang istri yang mampu menjadi penenang baginya sebagai teman bergaul, berbincang-bincang, berdiskusi. Sebaliknyapun ia mampu juga menjadi penenang bagi istrinya, sehingga mengalirkan kasih sayang dan cinta di antara mereka dengan mendambakan surga agar dapat menjadi tempat berkumpul mereka yang kekal abadi.
Kesholihan suami dan istri dapat menumbuhkan ketentraman jiwa, kebahagian hati serta kelapangan dada, yang semua ini akan membantunya dalam mengemban tugas-tugas yang menyangkut agama dan dunia dengan nyaman, tanpa gangguan batin, disamping akan membantu pula dalam menjalankan kewajiban mendidik anak-anak, yang merupakan penopang dalam perjuangan menegakkan syariat Islam secara baik.
Istri yang sholihah akan selalu menaati suaminya sebagaimana yang pernah dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Tidak ada kewajiban yang harus ditunaikan oleh wanita, setelah hak Alloh dan Rasul-Nya, yang lebih wajib daripada hak suami” (Majmu’ Fatawa: XXXII/260). Dan ketika suami memandang kepada dirinya dia menyenangkan mata dan hati, jika suami bersumpah terhadapnya, dia segera mengabulkan sumpah suaminya itu, dan jika suaminya pergi, dia menjaga kehormatan diri dan menjaga harta suaminya.
Seorang wanita yang telah menemukan suami sholih yang sesuai dengan dambaannya, seyogianya berusaha mendapat keridhoannya dan menjauhi segala yang dapat menyakitinya. Sesungguhnya, apabila dia menyakiti atau melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh suaminya, maka suaminya akan menjadi bosan dan tindakannya itu akan membekas pada jiwa suaminya. Bisa jadi pula, suaminya mendapat kesempatan, lantas meninggalkannya atau menyukai wanita lainnya. Sangatlah mungkin seorang suami menemukan yang tidak ditemukan oleh istrinya. Padahal, telah dimaklumi bahwa bosan terhadap sesuatu yang disukai itu kadang-kadang terjadi, apalagi terhadap sesuatu yang tidak disukai.
Haruslah para istri untuk bertakwa kepada Alloh ‘Azza wa Jalla dalam bersikap pada suaminya. Sungguh, dia bisa menjadi Surgamu atau Nerakamu, sebagaimana sabda Rasululloh shalallahu ‘alahi wa sallam kepada salah seorang istri sahabatnya: “ ’Apakah engkau mempunyai suami ?’. Dia menjawab,’Betul, ya Rasululloh’. Rasululloh bertanya,’Bagaimana sikapmu terhadapnya?’. Dia menjawab,’Saya tidak mengurangi ketaatan kepadanya sedikitpun, kecuali dalam hal yang saya tidak mampu’. Rasaululloh bersabda,’Perhatikan bagaimana sikapmu terhadapnya, sungguh dia itu merupakan Surga dan Nerakamu’.” (HR. Tirmidzi)
Imam Ahmad rohimalloh berkata tentang istri beliau,’Abasah binti Fadhl rohimalloh, ibu dari putra beliau, Sholih,”Ummu Sholih tinggal bersamaku selama tiga puluh tahun, aku belum pernah berselisih dengannya walaupun satu perkataan, sampai kemudian dia wafat.” (Tarikh Baghdad)
Bersungguh-sungguh mengendalikan dan memperbaiki diri menuntut perjuangan yang cukup panjang dan proses yang sangat berat. Akan tetapi, akibatnya adalah sangatlah nikmat, InsyaAllah. Jika seorang istri adalah seorang wanita sholihah, membenahi dirinya agar menjadi sholihah serta mengendalikan dirinya kepada kebaikan, dia akan mendapatkan banyak kebaikan diantaranya yang paling utama adalah pahala dan balasan serta kebahagian dunia dan akhirat. Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Jadikanlah Rumah sebagai Tempat Dzikrullah (Mengingat Allah)
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda:
"Perumpamaan rumah yang di dalamnya ada dzikrullah, dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya adalah (laksana) perumpamaan antara yang hidup dengan yang mati".
Hadits riwayat Muslim dan Abu Musa 1/539, cet. Abdul Baqi
Karena itu rumah harus dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai macam dzikir, baik itu dzikir dalam hati maupun dengan lisan, shalat, atau membaca shalawat dan Al-Qur’an, atau mempelajari ilmu-ilmu agama, atau membaca buku-buku lain yang bermanfaat.
Saat ini betapa banyak rumah-rumah umat Islam yang mati karena tidak ada dzikrullah di dalamnya, sebagaimana disebutkan oleh hadits di atas. Dan apatah lagi manakala yang menjadi dendangan di dalam rumah itu adalah syair-syair dan lagu-lagu setan, menggunjing, berdusta dan mengadu domba?
Apatah lagi jika rumah-rumah itu penuh dengan kemaksiatan dari kemungkaran, seperti ikhtilath (campur baur dengan lawan jenis) yang diharamkan, tabarruj (pamer kecantikan dan perhiasan) di antara kerabat yang bukan mahram atau kepada tetangga yang masuk ke rumah?
Bagaimana mungkin malaikat akan masuk ke dalam rumah dengan keadaan seperti itu? Karena itu hidupkanlah rumahmu dengan dzikrullah! Mudah-mudahan Allah merahmatimu.

Memilih Tetangga Sebelum Memilih Rumah
Karena pentingnya masalah ini, semestinya dibahas secara tersendiri sehingga agak mendetail.
Tetangga pada zaman kita sekarang ini, memiliki pengaruh yang tidak kecil terhadap tetangga di sebelahnya. Karena saling berdekatannya rumah-rumah dan berkumpulnya mereka dalam flat-flat, kondominium atau apartemen.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan, empat hal termasuk kebahagiaan, di antaranya tetangga yang baik. Beliau juga menyebutkan empat hal termasuk kesengsaraan, di antaranya tetangga yang jahat. Karena bahayanya tetangga yang jahat ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah daripadanya dengan berdo’a:
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tetangga yang jahat di rumah tempat tinggal, karena tetangga nomaden (hidup berpindah-pindah, termasuk di dalamnya kontrak beberapa waktu, pent) akan pindah".
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umat Islam untuk berlindung pula daripadanya dengan mengatakan:
"Berlindunglah kalian kepada Allah dari tetangga yang jahat di rumah tempat tinggal, karena tetangga yang nomaden akan berpindah daripadamu".
Dalam buku kecil ini, tentu tak memadai untuk menjelaskan secara rinci tentang pengaruh tetangga jahat terhadap suami isteri dan anak-anak, berbagai gangguan menyakitkan daripadanya, serta kesusahan hidup bersebelahan dengannya. Akan tetapi dengan mempraktekkan hadits-hadits yang telah lalu (dalam masalah bertetangga) sudah cukup bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
Mungkin di antara jalan pemecahannya yang kongkrit yaitu - seperti yang dipraktekkan oleh sebagian orang - dengan menyewakan rumah yang bersebelahan dengan tetangga jahat tersebut kepada orang-orang yang sekeluarga dengan mereka, meski untuk itu harus merugi dari sisi materi, karena sesungguhnya tetangga yang baik tak bisa dihargai dengan materi, berapapun besarnya.

Memilih Lokasi dan Desain Rumah yang Tepat
Tidak diragukan lagi, seorang muslim yang benar akan memperhatikan soal pemilihan letak dan lokasi rumah yang tepat. Ia akan menerapkan beberapa program bagi rumahnya sehingga layak sebagai hunian muslim.
Dari segi lokasi, misalnya:
Rumah hendaknya berdekatan dengan masjid. Hal ini sangat besar manfaatnya. Ketika adzan bergema memanggil shalat, ia bisa segera pergi ke masjid dan mendapatkan jama’ah. Bagi para wanita, mereka akan biasa mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari pengeras suara. Adapun anak-anak kecil, mereka bisa leluasa mengkuti halaqah hafalan Al-Qur’an, belajar mengaji dan sebagainya.
Agar tidak dalam satu bangunan dengan orang-orang fasik, atau dalam kampung hunian yang terdapat orang-orang kafir, misalnya di tengah-tengah perkampungan itu ada kolam renang buat umum, campur-baur antara pria wanita dan seumpamanya.
Agar tidak melihat dan tidak terlihat, jika masih ada saja terjadi maka boleh menggunakan tabir atau dengan meninggikan pagar.
Dari segi desain, misalnya:
Hendaknya ia memperhatikan pemisahan antara laki-laki dengan perempuan dan para tamu luar , misalnya pintu masuk, ruang tempat duduk dsb. Jika tidak mungkin, maka bisa menggunakan tabir atau hijab.
Menutupi jendela-jendela dengan tabir atau satir (gorden) , sehingga orang yang ada di dalam kamar tidak kelihatan oleh tetangga atau oleh orang yang lalu lalang, terutama malam hari ketika cahaya terang benderang.
Hendaknya tidak menggunakan toilet dengan menghadap ke kiblat.
Hendaknya memilih rumah yang luas serta rumah yang banyak perabotannya. Hal itu disebabkan beberapa hal:
"Sesungguhnya Allah suka bila melihat bekas nikmat-Nya pada hambaNya".

"Tiga hal termasuk kebahagiaan dan tiga hal termasuk kesengsaraan. Termasuk kebahagiaan yaitu: wanita shalihah yang jika kamu melihatnya menyenangkanmu, ketika engkau pergi darinya kamu merasa aman atas dirinya dan atas hartamu, dan hewan tunggangan sehingga ia menghantarkanmu menyusul kawan-kawanmu serta rumah yang luas dan banyak perabotannya. Dan termasuk kesengsaraan adalah wanita yang apabila kamu melihatnya maka engkau merasa enggan, ia menyerangmu dengan lisannya, jika engkau pergi darinya kamu tidak merasa aman atas dirinya dan atas hartamu; serta hewan yang lamban, jika engkau memukulnya maka akan melelahkanmu dan jika engkau meninggalkannya (tidak memukulnya) maka tidak menghantarkanmu menyusul kawan-kawanmu serta rumah yang sedikit perabotannya".
Memperhatikan kesehatan, misalnya soal ventilasi udara dan masuknya cahaya matahari ke dalam rumah.
Tetapi beberapa hal di atas dan hal-hal lainnya seyogyanya diukur sesuai dengan kemampuan material dan kondisi yang ada, tidak boleh dipaksakan.

Nasihat Untuk Pengantin
Beberapa hal terkait dengan kewajiban suami:
1. Bergaullah kepada istri dengan cara yang baik.
2. Berilah makan dengan barang yang halal, uang yang halal, beri pakaian yang sesuai syariat Islam.
3. Memberi nafkah menurut kemampuan.
Adapun kewajiban istri:
1. Wanita wajib taat kepada suaminya, lebih tinggi daripada kepada kedua orang tuanya.
2. HR Tabrani & Imam Ahmad, "Apabila wanita shalat 5 waktu, menjaga kehormatannya, & taat kepada suaminya, maka wanita tersebut masuk surga dari pintu manapun yang ia kehendaki."
3. Suami memiliki hak yang tinggi terhadap istri.
4. Hendaknya istri banyak-banyak meminta maaf kepada suaminya.
Perempuan yang masuk surga, HR bukhari :
- Perempuan yang penyayang,
- Perempuan yang banyak anak,
- Perempuan yang banyak kembali & bertaubat kepada Allah, sampai perempuan mencium tangan suaminya dan berkata: ”Aku tidak bisa merasakan tidur sampai dengan engkau ridha kepadaku.”
5. Wanita shalihah, banyak bersyukur terhadap suaminya.
HR Imam Bukhari, Rasulullah bersabda: Bersedekahlah wahai para wanita, karena aku melihat kebanyakan penghuni neraka adalah wanita.
Wanita yang masuk neraka, wanita yang terlalu banyak mengeluh kepada suami, tidak berterima kasih kepada suami. Allah tidak melihat perempuan yang tidak pernah bersyukur, tidak pernah merasa cukup, HR Bukhari.
Untuk keduanya, hendaklah suami istri saling menasihati, saling memaafkan, shalat malam bersama, banyak berdzikir kepada Allah.

Untaian Tali Pernikahan
Kepada Seseorang Yang Memimpikan …. ….
Kepada Seseorang Yang Merindukan …. ….
Inilah Untaian Kata-Kata Indah …. ….
Sebagai Hadiah Saudaraku Yang Kan Menikah
Nikah, sebuah kata indah nan mempesona. Dialah harapan setiap insan manusia terutama kawula muda. Dengan menikah hidup kan semakin indah dan berharga. Dengan menikah terjalin cinta kasih diatas ikatan suci. Alangkah indahnya pernikahan, alangkah bahagianya mereka yang menikah, hingga pena ini rasanya tak sanggup untuk mengungkapkan dan mengukir keindahan itu diatas kertas. Tidak ada yang lebih bisa menggambarkan keindahan pernikahan ini selain Yang Maha Pencipta lagi Maha Kuasa yang telah berfirman :
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar-Ruum : 21).
Nikah bukan hanya sekedar mewujudkan fitroh manusia yang selalu mendambakan pendamping dalam hidup ini, tapi lebih dari itu nikah adalah ibadah yang diperintahkan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya :
"Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (QS. An-Nisaa’ : 3)
Dan dalam firman-Nya : "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nuur : 32).
Nikah juga merupakan perwujudan dari sabda Rasul : "Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian telah mampu untuk menikah maka menikahlah, karena dengan menikah (engkau) lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Menikah dapat bernilai ibadah jika diniatkan ikhlas karena Allah dan untuk menjaga diri dari fitnah syahwat, khususnya di zaman sekarang ini, dimana pornografi dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang memenuhi setiap sudut jalanan, menggoda dan membangkitkan nafsu syahwat anak adam. Terkadang ada sebagian yang sudah berjilbab (memakai kerudung) tapi masih memakai pakaian dan celana jeans yang ketat yang menggoda para pemuda, maka takutlah wahai kaum muslimah dari sabda Nabi :
"Dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihat keduanya, yaitu (1) Sekelompok orang yang memegang cemeti seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengannya (2) Perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, berjalan berlenggak lenggok menjerumuskan (manusia kejurang kenistaan-pent), rambutnya seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal bau surga tercium pada jarak demikian dan demikian" (HR. Muslim).
Imam Nawawi v menjelaskan arti ‘berpakain tapi telanjang’ dengan ucapan beliau : (Mereka menutup sebagian badannya dan membuka sebagian yang lainnya dalam rangka memamerkan (keindahan) tubuhnya. Bisa juga maknanya adalah dia memakai pakaian yang tipis dan menerawang hingga terlihat warna kulit tubuhnya) (Syarah Shohih Muslim 14/336).
Nabi pernah bersabda : "Berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan berhati-hatilah kalian terhadap wanita, karena fitnah pertama kali yang menimpa Bani israil adalah wanita" (HR.Muslim)
Dan bagi mereka yang ingin menikah, hendaknya memilih calon istri yang sholehah, yang mengerti ilmu agama dan taat menjalankan ibadah, agar dia dapat hidup berbahagia di dunia dan di akherat bersamanya.
Nabi bersabda : "Perempuan itu dinikahi karena 4 hal : karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka carilah yang agamanya baik maka engkau akan beruntung " (HR. Bukhari dan Muslim).
Beliau juga bersabda : "Dunia ini semuanya adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita sholehah" (HR.Muslim).
Terlebih lagi istri adalah pendidik anak-anak kita, kalau dia baik agamanya maka -insya Allah- akan baik generasi islam ini, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair : Ibu adalah sekolah, jika engkau menyiapkannya Berarti engkau telah menyiapkan generasi yang baik dan tangguh Islam memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin menikahi seorang perempuan untuk melihatnya terlebih dahulu.
Nabi bersabda : "Apabila seseorang sudah ada keinginan untuk melamar seorang perempuan maka dibolehkan baginya untuk melihatnya" (Ash-Shohihah 98).
Tapi Islam melarang kaum muslimin dari jalan-jalan syaitan dan dari jembatan menuju perzinaan yang diistilahkan dengan pacaran sebelum pernikahan.
Allah ta’ala berfirman : "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isro’ : 32).
Nabi bersabda : "Tidaklah seorang lelaki bersepi-sepian (berduaan) dengan seorang perempuan melainkan setan yang ketiganya" (HSR.Tirmidzi).
Kemudian bagi mereka yang telah mengikrarkan akad nikah untuk membangun sebuah rumah tangga, hendaknya mengokohkan bangunan rumah tangganya tersebut dengan hal-hal berikut ini :
1- Iman dan taqwa kepada Allah ta’ala :
Allahlah Dzat yang mengikatkan tali cinta kasih antara dua sejoli. Allah ta’ala berfirman :
"Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Anfal : 63).
Hati terkadang cinta dan terkadang benci, karena memang hati manusia ada diantara dua jemari Allah ta’ala, Dialah yang membolak-balik kan hati ini.
Nabi bersabda : "Sesungguhnya hati anak Adam semuanya ada diantara dua jemari dari jemari-jemari Allah seperti satu hati, Dialah yang mengaturnya sesuai dengan kehendak-Nya" (HR.Muslim)
Oleh karena itu, hendaknya suami-istri mempererat hubungannya dengan Allah ta’ala dengan memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Terlebih lagi, bahtera rumah tangga tidak semulus yang dikira, badai dan gelombang, duri dan kerikil-kerikil tajam kan selalu menghadang. Selama manusia hidup di dunia ini tak ada yang kekal abadi, semuanya kan silih berganti bak malam dan siang hari. Kebahagiaan dan kesengsaran, kesenangan dan kesedihan, suka dan duka, menangis dan tertawa bak dua sejoli yang tak kan terpisah selama manusia hidup di dunia ini.
Allah ta’ala berfirman : "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia" (QS. Ali Imron :140).
Seorang penyair berkata :
Segala sesuatu apabila telah sampai kepada puncaknya dia akan turun
Oleh karena itu, janganlah manusia ini tertipu dengan keindahan dunia
Hal ini sebagaimana yang telah disaksikan oleh setiap bangsa
Barangsiapa yang hari ini senang, hari-hari berikutnya dia akan susah
Dunia ini tidak pernah kekal abadi bagi semua orang
Dan tidak akan tetap manusia ini pada satu keadaan
Maka dari itu, bagaimanapun tingginya martabat seseorang
pasti dia membutuhkan pertolongan Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha Mulia
untuk menghilangkan musibah atau duka yang dialaminya.
Dialah (Allah) satu-satunya yang dapat mendatangkan manfaat dan madhorot,
yang dapat mengabulkan permohonan hamba-Nya jika dia memohon kepada-Nya, dan yang dapat menghilangkan kesulitan dan kesempitan hidup hamba-hamba-Nya.
Allah ta’ala berfirman : "Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)." (QS. An-Naml : 62).
Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menghilangkan kesusahan atau madhorot yang menimpa manusia, baik dia itu seorang wali, sunan, tuan guru maupun seorang Nabi atau malaikat. Allah ta’ala berfirman :
"Katakanlah: Ă¢€˜Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang berimanĂ¢€™." (QS. Al-A’raaf : 188)
Maka bertaqwalah -wahai manusia- kepada Allah pasti Dia akan selalu menolongmu. Allah ta’ala berfirman :
"Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (QS. Ath-Tholaq : 2-3)
Di antara bentuk ketakwaan suami istri dalam mempererat serta mengokohkan rumah tangga adalah dengan saling nasehat menasehati untuk menjalankan sunnah Nabi. Lihat dan renungkanlah betapa indah dan harmonisnya rumah tangga yang dibangun diatas Al-Qur’an dan sunnah serta metode para sahabat yang telah digambarkan oleh Nabi dalam haditsnya :
"Allah merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk melaksanakan shalat (malam/tahajjud) lalu dia juga membangunkan istrinya hingga shalat. Jika istrinya enggan untuk bangun dia percikan air kewajahnya. Dan Allah merahmati seorang istri yang bangun dimalam hari untuk melaksanakan shalat (malam/tahajjud) lalu dia membangunkan suaminya hingga shalat. Jika suaminya enggan untuk bangun dia percikan air kewajahnya" (HR. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah dan derajatnya hasan shohih).
Sesungguhnya ikatan dan hubungan suami istri bukan hanya hubungan nafsu syahwat yang berakhir di dunia ini. Tapi lebih dari itu, hubungan suami istri adalah hubungan ruh yang masih akan berlanjut sampai di surga kelak (jika memang keduanya beriman dan bertakwa kepada Allah).
Allah ta’ala berfirman : "(yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya" (QS. Ar-Ro’du : 23)
2- Muamalah yang baik antara suami istri
Sesungguhnya diantara hal-hal yang bisa menjaga kerukunan dan keharmonisan rumah tangga adalah muamalah yang baik antara suami istri. Dan hal tersebut tidak bisa terwujud melainkan dengan keduanya mengetahui hak dan kewajiban masing-masing. Dan yang perlu diketahui oleh suami dan istri bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, setiap mereka punya kelebihan dan kekurangan. Adapun mencari pasangan yang sempurna maka ini hanya khayalan yang mustahil untuk digapai dan didapatkan.
A- Tugas suami dalam menjaga keutuhan rumah tangga
Seorang suami yang memiliki akal pikiran cemerlang dan baik akan selalu menerima kekurangan istrinya dengan lapang dada. Suami adalah pemimpin rumah tangga, dia hendaknya memiliki kesabaran yang lebih dibandingkan seorang istri. Dan hendaknya seorang suami mengetahui bahwa wanita itu lemah akal dan agamanya. Jika seorang istri selalu diminta untuk sempurna dalam segala hal, tidaklah mungkin dia bisa memenuhinya. Berlebihan dalam mendidik dan meminta kepada istri akan mengakibatkan keretakan dalam rumah tangga.
Nabi bersabda : "Nasehatilah kaum wanita (para istri) dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk dan sebengkok-bengkoknya tulang rusuk adalah yang diatas. Jika engkau ingin meluruskannya maka bisa jadi engkau akan mematahkannya dan jika engkau biarkan mereka, mereka akan senantiasa dalam keadaan bengkok. Nasehatilah kaum wanita dengan baik" (HR. Bukhari dan Muslim)
Kebengkokan (banyaknya kelemahan dan kekurangan) seorang istri termasuk tabiat mereka, maka mereka harus diperlakukan dengan penuh kesabaran. Seorang suami tidak selayaknya untuk terus mengungkit-ungkit perasaan kesal dan sedih dalam rumah tangganya (istrinya). Tapi hendaknya dia memalingkan wajahnya dari aib-aib yang ada dalam diri istrinya dan mengingat kelebihan-kelebihan yang ada padanya.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda : "Janganlah seorang mukmin (suami) membenci mukminah (istri). Jika dia membenci sebagian perangainya hendaklah dia ridho (ingat) kebaikan-kebaikannya yang lain" (HR.Muslim)
Hendaknya seorang suami menasehati sang istri dengan penuh kelemah lembutan, dan tidak diperbolehkan untuk membiarkan istri dengan kelemahannya tersebut masuk kejurang kemaksiatan. Allah berfirman :
"Dan bergaullah dengan mereka secara baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisa’ : 19)
Bagaimana mungkin akan terwujud keluarga sakinah (tentram), mawaddah (kasih) dan rohmah (sayang). Jika kepala rumah tangga berperangai kasar dan keras serta selalu sempit hati dan pandangannya, selalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, mudah marah dan sulit memaafkan, jika masuk rumah selalu berlagak sombong dan jika keluar rumah selalu berburuk sangka kepada istrinya.??? Kebahagiaan dan muamalah yang baik tidak bisa diwujudkan melainkan dengan sikap lemah lembut dan jauh dari prasangka-prasangka buruk yang tidak ada buktinya. Kecemburuan terkadang membawa seorang suami kepada buruk sangka dan mencari-cari kesalahan, sehingga bisa merusak kehidupan rumah tangganya.
Allah ta’ala berfirman : "Dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka" (QS. Ath-Tholaq : 6).
Nabi pernah bersabda : "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya (istrinya) dan aku adalah sebaik-baik kalian bagi keluargaku" (HSR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
B- Tugas seorang istri dalam menjaga keutuhan rumah tangga
Seorang istri (shalihah) hendaklah mengetahui bahwa kebahagiaan, mawaddah dan rohmah tidak akan bisa digapai (dalam rumah tangga) melainkan ketika dirinya menjaga kesucian diri dan agamanya, dia mengetahui hak dan kewajibannya serta tidak melampaui batasannya, dan dia selalu mentaati suaminya yang merupakan pemimpin, pemberi nafkah dan pelindung dalam rumah tangganya. Taat kepada suami (dalam hal yang tidak menyelisihi syariat) adalah kewajiban bagi seorang istri, demikian juga dengan menjaga amanah dan harta sang suami. Seorang istri yang sholehah adalah yang menekuni pekerjaan rumahnya, menjadi seorang istri yang baik bagi suaminya dan ibu yang baik bagi anak-anaknya. Dia mensyukuri segala kebaikan suaminya dan tidak mengingkarinya, karena nabi r telah bersabda :
"Aku diperlihatkan neraka, dan aku lihat kebanyakan penghuninya adalah wanita, (karena) mereka banyak kufur (mengingkari). Lalu beliau ditanya : apakah mereka kufur kepada Allah ? Nabi menjawab : tidak, tapi mereka mengingkari (kebaikan) suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepadanya seumur hidupmu kemudian dia melihat sedikit saja dari kesalahanmu maka dia akan berkata : "Aku tidak pernah sedikitpun melihat kebaikanmu" (HR. Bukhari)
Maka haruslah ada saling pengertian dan saling memaafkan, dan tidak boleh bagi seorang istri untuk menyakiti hati suaminya dikala ada dihadapannya dan tidak boleh mengkhianatinya dikala dia sedang berpergian. Dengan inilah akan tercipta saling merindukan dan meridhoi, serta terwujud rumah tangga sakinah mawaddah dan rohmah. Dari sinilah akan muncul generasi muslim yang istiqomah di jalan Allah yang tidak pernah mendengar persengketaan antara orang tua atau keretakan dalam keluarga.
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqon : 74).
Seorang penyair mengatakan :
Perempuan itu bukanlah dilihat dari harta dan kecantikannya
Sekali-kali bukan itu, begitu juga tidak dilihat dari kemewahan nenek moyangnya
Tapi perempuan itu dilihat dari kesucian dan agamanya
Dan (dilihat) dari kebaikannya kepada suami dan anak-anaknya
Serta (dilihat) dari ketekunanya dalam menjalankan tugas rumahnya
Dan dia selalu menemanimu dikala suka dan duka

SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU
Barangsiapa yang telah menikah berarti dia telah menjalankan separoh agamanya, maka bertaqwalah kepada Allah untuk mencapai separohnya lagi.
FOOTNOTE : 1. Hal-hal tersebut secara global penulis nukilkan dari sebuah risalah kecil yang berjudul "Al-baitus sa’iid" (Rumah tangga bahagia) oleh Syaikh Sholeh bin Abdullah bin Humaid hal.9-17.
Maraji’: Adz-Dzakhirah edisi 17 thn III

Jadikan Rumahmu Sebagai Kiblat
Maksudnya, menjadikan rumah sebagai tempat beribadah.
Allah berfirman:
"Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu sebagai kiblat dan dirikanlah shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman". (Yunus: 87).
Ibnu Abbas berkata: "Maksud disuruh menjadikan rumah-rumah mereka sebagai kiblat yaitu mereka diperintahkan menjadikan rumah-rumah itu sebagai masjid-masjid (tempat beribadah)".
Ibnu Katsir berkata: "Hal ini seakan-akan - Wallahu a’lam - ketika siksaan dan tekanan Fir’aun beserta kaumnya semakin menjadi-jadi atas mereka, maka mereka disuruh untuk memperbanyak shalat sebagaimana firman Allah Ta’ala :
"Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu".(Al-Baqarah: 153).
Dalam hadits:
"Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam menghadapi suatu kesulitan, maka beliau melakukan shalat". Tafsir Ibnu Katsir, 4/224.
Hal ini menegaskan betapa pentingnya ibadah di dalam rumah-rumah,terutama dalam waktu-waktu lemah dan tertindas, demikian pula dalam beberapa kesempatan manakala umat Islam tidak mampu menampakkan shalat mereka di hadapan orang-orang kafir. Dalam hal ini kita juga perlu mengenang kembali mihrab Maryam, yakni tempat peribadatan beliau, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:
"Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab ia dapati makanan di sisinya". (Ali lmran : 37)
Para sahabat juga amat memperhatikan masalah shalat di dalam rumah mereka selain shalat fardhu. Sebuah kisah di bawah ini menarik sebagai pelajaran bagi kita :
"Dari Mahmud bin Ar-Rabi’ Al-Anshari, bahwasanya Itban bin Malik - dia adalah salah seorang Sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam yang ikut serta dalam perang Badar, dari kaum Anshar - ia datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam lalu berkata: "Wahai Rasulullah!, pandanganku telah menipu tapi aku tetap shalat bersama kaumku, apabila turun hujan, mengalirlah air di lembah (yang memisahkan) antara aku dengan mereka sehingga aku (tak) bisa datang ke masjid mereka dan shalat bersama-sama, aku sangat ingin wahai Rasulullah, jika engkau datang kepadaku dan shalat di dalam rumahku sehingga aku menjadikannya sebagai mushalla (tempat shalat)". Ia berkata: "Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam bersabda kepadanya: "Akan aku lakukan Insya Allah"." Itban berkata: "Maka berangkatlah Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam dan Abu Bakar ketika siang (nampak) meninggi, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam meminta izin, lalu aku mengizinkan kepada beliau, beliau tidak duduk sebelum masuk ke dalam rumah lalu beliau berkata: "Di bagian mana engkau suka aku melakukan shalat dari rumahmu?" . "Ia berkata: "Maka aku tunjukkan kepada beliau suatu arah dari rumahku, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam berdiri kemudian bertakbir, lalu kami semua berdiri membentuk barisan, dan Nabi Shallallahu alaihi wasalam shalat dua rakaat kemudian salam".
Dalam memetik pelajaran dari hadits di atas, Ibnu Hajar berkata: "Di situ merupakan pelajaran, agar kita menggunakan tempat tertentu untuk melakukan shalat dalam rumah. Adapun larangan untuk menjadikan tempat tertentu dalam masjid adalah hadits Abu Daud, dan itu jika ia lakukan untuk riya’ atau yang sejenisnya. Menjadikan tempat tertentu dalam rumah untuk shalat bukan berarti menjadikan tempat tersebut sebagai wakaf - tidak berlaku padanya hukum wakaf - meski secara umum dikategorikan dengan nama masjid.

Tujuh Buah Sifat yang Menjadikan Orang-orang Mukmin Beruntung
Qur’an Surat Al-Mu’minuun 1-11
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat.
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.
6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
[994]. Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. Dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
[995]. Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi.
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Lebaran ala Umar bin Abdul Aziz
D iriwayatkan bahwa khalifah Umar bin Abdul Aziz memiliki seorang budak. Budak itu diberi tugas sebagai bendahara negara (Bait Al-Maal).
Saat tiba waktu lebaran, anak-anak perempuan Umar bin Abdul Aziz berlarian menghampiri ayahnya sambil menangis, sebab semua orang baik yang lelaki maupun perempuan, yang dewasa maupun yang masih kecil, semuanya mengenakan baju baru. Kawan-kawan perempuan mereka juga memakai baju yang bagus-bagus dan baru, sedang baju mereka terlihat paling jelek diantara kawan-kawannya.
Setelah mendengar keluhan anak-anaknya yang serba kekurangan, Umar bin Abdul Aziz merasa iba. Namun sayang, ia tidak memiliki uang yang lebih meskipun ia seorang khalifah. Ia adalah seorang khalifah yang zuhud terhadap harta dunia. Kemudian ia berkata kepada bendaharanya, "Berikan padaku gaji bulan depan!"
Bendaharanya menolak keinginannya sambil berkata, "Apakah engkau hendak mengambil gaji dari harta umat Islam sebelum tiba waktunya? Apakah engkau dapat menjamin bahwa kau masih hidup di bulan depan?"
Umar pun menundukkan kepalanya. Lalu mengangkatnya kembali dan berkata kepada bendaharanya,:"Aku telah diberi keberkahan dengan seorang penasehat yang benar-benar memegang amanatnya".
Kemudian ia berkata pada anak-anak perempuannya, "Tahanlah hawa nafsu kalian! Apakah kalian rela memakai pakaian yang baru, sedang ayahmu berada di neraka?"

Cairo, 23 Oktober 2006

Aurat Shalat dalam Mazhab Maliki
Mazhab Maliki ketika berbicara tentang aurat didalam shalat, membaginya menjadi dua bagian; mughaladzah (besar) dan mukhaffafah (ringan). Aurath ini sekali lagi saya tegaskan, yaitu aurat dalam shalat, sebab di luar shalat aurat tersebut berubah, dalam artian, aurat dalam shalat dan aurat pandangan diluar shalat itu lain.

Aurat ini dikategorikan lagi menjadi tiga bagian: aurat laki-laki, aurat perempuan budak, aurat perempuan merdeka.
1. Aurat laki-laki (dzakar)
Mughaladzah = Buah zakar serta kedua telurnya dan mulut dubur.
Mukhaffafah = Antara pusar dan lutut.
2. Aurat perempuan budak (amah)
Antara pusar dan lutut (sama seperti laki-laki).
3. Aurat perempuan merdeka (untsa hurrah)
Mughaladzah = Bawah buah dada hingga betis
Mukhaffafah = Semua tubuh selain wajah dan telapak tangan.

Lalu apa maksud dari mughaladzah dan mukhaffafah tersebut dan bagaimana penerapannya? Mughaladzah artinya besar, dan maksudnya aurat inti yang wajib ditutupi, andai saja terbuka saat shalat, maka shalatnya batal dan ia wajib mengulangi shalatnya.
Mukhaffafah artinya ringan, maksudnya aurat yang ringan yang sangat dianjurkan untuk ditutupi, tetapi andai saja saat shalat aurat tersebut terbuka, maka shalatnya tidak batal, dan tidak diberi kewajiban untuk mengulangi shalatnya kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar